Masjid Sulthoni Plosokuning
Lokasi :
Masjid Sulthoni
Plosokuning terletak di Jl. Plosokuning Raya No. 99 Desa Minomartani, Kecamatan
Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Areanya memiliki luas sebesar
2.500 meter persegi tanah milik kasultanan Yogyakarta, dengan luas bangunan
seluas 288 meter persegi pada saat dibangun dan mengalami pengembangan hingga
saat ini menjadi 328 meter persegi.
Akses menuju ke masjid
ini dapat mengikuti Jalan Kaliurang hingga KM 9 apabila menggunakan kendaraan pribadi. Lalu sebelum pertigaan lampu merah, terdapat
pertigaan yang memiliki jalan ke arah Timur. Lalu masuk ke jalan itu dan
mengikuti jalan tersebut hingga bertemu perempatan dengan empat petunjuk arah.
Belok ke arah kanan untuk ke menuju Minomartani, yaitu lewat Jalan Plosokuning
Raya. Setelah itu terus mengikuti jalan tersebut hingga bertemu Masjid Sulthoni
Plosokuning.
Wisatawan yang ingin
berwisata religi bisa memanfaatkan kendaraan pribadi dan kendaraan umum.
Alternatif kendaraan umum yang dapat digunakan seperti taxi, rental mobil, atau
ojek.
Tiket
Tidak dipungut biaya
dan terdapat kotak sedekah
Jam Operasional
Dapat dikunjungi kapan
saja
Potensi
Dekat dengan Masjid
Sulthoni Plosokuning, obyek wisata yang terdekat adalah Candi Gebang, Embung
Tambakboyo, dan Stadiun Sepak bola Sleman.
Tempat terdekat :
Tempat terdekat yang
dikunjungi dari Masjid Ploso Kuning diantaranya Candi Gebang, Embung Tambakboyo
Hotel terdekat :
Hotel terdekat dengan lokasi Masjid Plosokuning
diantaranya Rumah Palagan Guest House atau My Home
Sejarah
Masjid Pathok
Negoro Plosokuning dimulai dengan Amangkurat IV yang merupakan Raja Mataram
Islam dan memerintah pada tahun 1719-1727 M. Amangkurat IV memiliki tiga orang putra, Raden Mas Ichsan, Pangeran Adipati Anom, serta Pangeran Mangkubumi.
Pangeran Adipati Anom menjadi Raja dengan gelar Pakubuwono II dengan ibu kota
Surakarta Hadiningrat (1727-1749 M). Sesudah terjadi perjanjian Giyanti pada
tahun 1755 M, Pangeran Mangkubumi (saudara muda Pakubuwono II) diangkat menjadi
Raja Ngayogyakarta dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I dengan ibu kota
Ngayogyokarto Hadiningrat (1755-1792 M). Raden Mas Ichsan (kakak kandung Sunan
Pakubuwono II dan Sultan Hamengkubuwono I) menjadi ulama bergelar Kyai Nur Iman
bertempat di Gegulu yakni sebuah desa di bagian Selatan Kulonprogo. Beliau
kemudian hijrah untuk mengajar dan mendirikan pondok pesantren untuk
mengembangkan Islam di desa Mlangi.
Kyai Nur Iman mempunyai 2 putra yaitu Raden Mursada dan Raden Nawawi. Raden Nawawi menjadi Abdi
Dalem Pathok Negara I Mlangi. Sedangkan Raden Mursada yang berputra Raden
Mustafa dengan pangkat Abdi Dalem Pathok Negara yang berkedudukan di desa
Plosokuning dengan bergelar Kyai Hanafi I. Raden Mustafa adalah guru spiritual
dari Sri Sultan Hamengkubuwono III. Kemudian pada masa pemerintahan
Hamengkubuwono III dibangunlah Masjid Pathok Negoro Plosokuning sebagai rasa
hormat kepada sang guru. Dan juga sebagai dasar hukum agama atau yang memberi
nasehat spiritual bagi Sang Raja. Ada juga sumber yang mengatakan bahwa Raden
Mustafa juga sebagai guru agama dari Pangeran Diponegoro putra dari Sultan
Haengkubuwono III. Nama Plosokuning sendiri di ambil dari nama sbuah pohon
ploso yang mempunyai daun berwarna kuning yang terdapat di sebelah timur
masjid. Dari pohon itu juga sekarang dijadikan nama Desa Plosokuning. Sebagai
salah satu masjid pathok Negoro, di masjid Plosokluning juga ditempatkan abdi
dalem kemasjidan. Abdi dalem yang menjalankan tugas di masjid Plosokuning
adalah Raden Zamakhsari sebagai Khotib, Raden Muhammad Baghowi sebagai Muadzin,
Raden Mulyoharjo sebaga Jajar Jama’ah, Raden Suprobo sebagai Jajar Ulu-ulu, dan
Raden Yusuf sebagai Jajar Marbot.
Arsitektur Bangunan
Masjid Pathok Negoro Plosokuning di dirikan setelah Masjid Agung Yogyakarta.
Sehingga arsitekturnya mirip dengan Masjid Agung Yogyakarta sebagai bagian dari
Kraton Yogyakarta. Persamaan ini dipengaruhi dengan adanya kolam, bedug,
mighrob, dan atap masjid. Masjid Pathok Negoro mempunyai ciri khas di bagian
atap yang berbentuk tajuk tumpang dua. Makhota Masjid juga mempunyai kesamaan
terbuat dari tanah liat. Perbedaan jumlah tumpang menandakan bahwa masjid
pathok negoro lebih rendah kedudukannya dibandingkan dengan masjid Agung
Yogyakarta yang mempunyai atap tajuk bertumpang tiga. Ciri-ciri lain
yang terdapat di Masjid ini adalah terdapatnya pohon sawo kecik yang berukuran
raksasa yang terdapat di halaman masjid, kolam yang mengelilingi masjid, serta
serambi masjid yang berbentuk joglo. Pada bagian lantai masjid dahulu diplester
biasa dengan menggunakan semen merah, kemudian pada tahun 1976 lantai masjid
ini diganti dengan tegel biasa. Begitu juga dengan daun pintu dan temboknya
dilakukan penggantian pada tahun 1984. Dulu tembok dinding masjid setebal 2
batu, namun karena terkikis terus menerus sekarang tinggal 1 batu. Dahulu pintu
masjid hanya ada satu dan sangat rendah yang menyebabkan ruang masjid menjadi
gelap. Pintu yang rendah ini dimaksudkan agar setiap orang yang masuk masjid
hendaknya menunduk dan menunjukkan rasa tatakrama serta sopan santun terhadap
masjid. Semua penambahan dan perbaikan bangunan pada masjid, terlebih dahulu
dimintakan persetujuan dari Sinuhun Kanjeng yang berada di kraton, baik
mengenai bentuk dan modelnya. Pada bagian gerbang masjid terdapat undakan yang
dibuat sedemikian rupa untuk menunjukkan beberapa hal. 3 undakan pertama
menunjukkan 3 elemen yakni Iman, Islam, dan ikhsan. Kemudian 5 undakan kedua
menunjukkan bahwa rukun islam ada 5, dan 6 undakan ke tiga bertujuan
menunjukkan bahwa rukun iman ada 6.
Tahun 2000 Masjid Plosokuning mengalami renovasi pada 4 tiang utama dan
beberapa elemen lainnya. Pada tahun 2001, masjid ini kembali mengalami renovasi
pada bagian serambi dan tempat wudhu. Renovasi ini dilaksanakan oleh Dinas
Kebudayaan Provinsi DIY. Pada tahun tersebut masyarakat secara swadaya juga
mengganti lantai tegel masjid dengan keramik, memasang konblok di halaman serta
mendirikan menara pengeras suara.
Keunikan atau Nilai Penting
Di depan masjid ada dua
kolam dengan kedalaman tiga meter. Setiap orang yang akan masuk masjid, harus
bersuci terlebih dahulu di kolam tersebut. Makna lain dari dua kolam ini adalah
jika menuntut ilmu, haruslah sedalam-dalamnya. Saat ini, kolam tersebut digunakan
memelihara ikan dan mencuci kaki sebelum masuk masjid.
Masjid ini masih
menganut adat lama, di mana adzan pada saat Sholat Jum’at dilakukan dua kali.
Dahulu, sekitar tahun 1950 adzan pertama dilakukan lima orang sekaligus dan
adzan kedua dilakukan salah seorang dari mereka.
Saat khotbah,
menggunakan bahasa Arab. Baru tahun 1960, adat dirubah. Muadzin yang semula
berjumlah lima orang menjadi dua orang. Tetapi adzan tetap dilakukan dua kali.
Khotbah juga diganti menggunakan bahasa Jawa. Di bagian pintu gerbang, masjid
memiliki pintu gerbang berundak. Pada tiga undakan pertama berarti Islam itu
terdiri dari tiga elemen yakni Iman, Islam, dan ikhsan.
Pada momen tertentu, di
masjid ini dilaksanakan kegiatan keagamaan yang diikuti keluarga kraton.
Misalnya tradisi Bukhorenan. Tradisi ini menjadi bagian dari tradisi keraton
yang lestari hingga sekarang. Maksud dan tujuannya tidak lain mengkaji ajaran
dan tuntunan Nabi dengan membaca dan memahami hadist yang terdapat dalam Sahih
Bukhari. Satu tradisi yang masih dipertahankan hingga
sekarang ini, yaitu penduduk yang tinggal di sekitar masjid hanya boleh
ditempati penduduk yang memiliki garis keturunan dari Kyai Mursodo. Tradisi ini
menjadi asal muasal daerah yang dekat dengan masjid disebut Mutihan (sebagai
tempat tinggal santri) atau Plosokuning nJero, sedangkan daerah yang jauh dari
masjid disebut Plosokuning nJobo.
Opini
Kondisi renovasi terdapat pada lantai yang diganti dengan
keramik dan tiang-tiang kayu yang mengalami pengecetan cukup baik. Kondisi masjid masih
asli serta terrawat dengan baik. Masjid ini masih terasa nuansa jaman dahulu dan masih terlihat kuno yang menyebabkan masjid ini memiliki keunikan tersendiri. Saran kepada pemerintah agar terus melestarikan dan menjaga masjid ini karena masjid ini memiliki sejarah yang tidak dapat digantikan. Untuk wisatawan agar selalu menjaga kebersihan dan menyebarkan informasi mengenai masjid ini. Pengelola masjid ini sudah cukup baik dalam merawat masjid tersebut. Tidak terdapat hal yang perlu diperbaiki dalam masjid ini.
Sumber :
https://gudeg.net/direktori/1185/masjid-pathok-negara-sulthoni-plosokuning-yogyakarta.html
http://jalanjogja.com/berkunjung-ke-masjid-pathok-negara-plosokuning/